Tuesday, 15 December 2009

अल hamid

अल hamid

Pengertian Al-Hamid, الحَمِيْدُ ) (artinya Yang Maha Terpuji.
Al-Hamid terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf ha, mim, dan dal, yang maknanya menunjuk kepada “antonim tercela”. Dari sini nabi terakhir dinamai Muhammad, karena tidak adanya sifat tercela yang beliau sandang.
Fakhruddin Arrazi membedakan antara syukur dan hamid (pujian). Syukur digunakan dalam konteks nikmat yang Anda peroleh, Sedangkan hamid digunakan baik untuk nikamat yang anda peroleh maupun yang diperoleh selain anda. Jika demikian, saat anda berkata “ Allah al-Hamid” (Maha Terpuji), maka ini adalah pujian kepada-Nya baik anda yang menerima nikmat ataupun orang lain yang menerimanya. Sedangkan bila anda mensyukurinya, itu adalah anugerah yang Anda terima.
Di dalam Al-Quran, kata al-Hamid terulang sebanyak 17 kali. Hanya sekali yang tidak mengandung nama Allah melainkan sifat jalan Allah “shiratal hamid”. Sepuluh kali dirangkai dengan kata al-Ghany, tiga kali dengan al-`Aziz, dan masing-masing sekali dengan al-Hamid dan al-Hakim. Perangkaian al-Hamid dan al-Ghany mengisyaratkan bahwa Allah sama sekali tidak membutuhkan pujian atas-Nya. pujian kepada Allah tidak menambah keagungan dan keperkasaan-Nya, cacian, kedurhakaan, dan cercaan juga tidak mengurangi keperkasaan dan kemutlakan-Nya.karena itu, Allah menegaskan dalam al-Qur`an surah Luqman ayat 12,
Artinya :“Barangsiapa yang bersyukur kepada allah, sesugguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.S Luqman 31 : 12 ).
Ada tiga unsur perbuatan yang harus dipenuhi oleh pelaku sehingga dia mendapat pujian, yaitu indah (baik), dilakukan secara sadar, dan tidak terpaksa. Kata al-Hamid yang mengandung sifat dari Allah mengandung arti bahwa Allah dalam segala perbuatnnya telah memenuhi ketiga unsur pujian yang disebutkan di atas.
Allah al-Hamid berarti bahwa dia yang menciptakan segala sesuatu dan segalanya diciptakan dengan baik serta atas dasar ikhtiar dan kehendaknya tanpa paksaan, sehingga semua perbuatannya terpuji. Sehingga wajar bila Allah menyandang sifat al-Hamid dan wajar juga kita mengucapkan alhamdulillah “segala puji hanya milik Allah” kepada-Nya. Jika anda memuji seseorang karena kebaikan dan kecantikannya maka pada hakikatnya anda memuji Allah SWT. Sebab kecantikan dan kebaikan itu besumber dari Allah Yang Mahakuasa sebagai pengenalan diri, dan bukankah Allah hanya memuji diri-Nya dalam proses pembelajaran.
Allah adalah al-Hamid yang Maha Terpuji karena dia yang menciptakan dan menghidupkan. Dia juga yang menganugerahkan sarana dan prasarana kehidupan serta petunjuk-petunjuk kebahagian hidup duniawi, selanjutnya Dia pula yang mewafatkan dan menghidupkan kembali untuk mendapatkan kebahagian ukhrawi. Semua itu dainugerahkan-Nya tanpa mengharapkan imbalan. Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 28

Artinya : “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?”
Allah itu adalah salah-satunya eksistensi yang disembah dan dipuja oleh setiap makhluk, baik secara terpaksa ataupun sukarela. Tidak ada satu detik pun setiap makhluk itu terlepas dari kekuasaan Allah, dari sunnah dan kehendak Allah. Tidak ada makhluk yang tunduk kepada makhluk. Setiap makhluk hanya tunduk kepada Allah Yang Maha Esa itu, kepada sunnah dan kehendak Allah. Setiap makhluk membutuhkan Allah, karena keberadaan setiap makhluk itu membutuhkan pasangan atau makhluk lain yang eksistensi dan gerakannya tergantung kehendak sunnatullah pula. Oleh sebab itu setiap makhluk hanya patut berterima kasih dan berhutang budi kepada Allah.
Allah bahkan harus dipuji walau petaka sedang menimpa, karena dia “rabbul `alamiin” (pendidik atau pemelihara alam semesta). Pengertian rububiyyah (kependidikan atau pemeliharaan) mencakup pembagian rezeki, pengampunan dan kasih sayang; juga amarah, ancaman, dan peringatan. Makna ini akan terasa dekat dengan hati kita saat mengancam, bahkan memukul anak kita dalam rangka mendidik mereka. Walaupun sang anak yang dipukul merasa diperlakukan tidak wajar, namun kelak setalah dewasa ia akan sadar bahwa pukulan tersebut merupakan yang baik baginya. Jadi, apapun bentuk perlakuan Allah kepada makhluk-Nya harus diyakini bahwa yang demikian, sama sekali tidak terlepas dari sifat pemeliharaan allah walaupun perlakuan itu dinilai oleh keterbatasan nalar manusia sebagai sesuatu yang negatif.
Dalil surat hud ayat 73

Artinya : Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah."
Sifat Allah al-Hamid menurut Imam Ghazali adalah “Allah Yang Maha Terpuji oleh dirinya sejak zaman azali dan terpuji juga oleh semua makhluk hingga kapanpun”. Dari penjelasan ini terlihat bahwa Allah disamping mamuji makhluk-Nya juga memuji diri-Nya sendiri, memang bila ditinjau dari kebahasaan kata al-Hamid dapat menjadi subjek dan objek. Di sisi lain ditemukan di alquran firman-Nya yang mengandung pujian atas diri-Nya. Perhatikan surat al-fatihah yang diawali setelah ”basmalah” dengan “Alhamdulillah”. Pujian Allah terhadap dirinya adalah bagian dari pengajaran kepada makhluk.
Pujian makhluk kepada Allah terlaksana dalam kehidupan dunia ini dan bersinambung hingga kemudian. “segala puji bagi Allah yang memiliki apa yang di langit dan di bumi dan bagi-Nya pula segala puji di akhirat”. Semua makhluk tanpa terkacuali mensucikan sambil memujinya. Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Isra` ayat 44.

Artinya : Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
Meraka yang enggan atau lupa memuji-Nya di dunia. Pasti akan memuji-Nya di akhirat nanti, setelah menyadari seberapa besar anugerah yang diberikan dan dilimpahkan-Nya. Firman Allah dalam surah al-Isra` ayat 52

Artinya : yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja
Yang meneladani sifat ini dituntut terlebih dahulu menyadari betapa wajar dan berhak Allah untuk dipuji. Ia dituntut untuk sering mengucapkan dan menghayati kalimat alhamdulillah bahkan ia akan mengucap alhamdulillahilladzi la yahmada `ala makruhin siwahhu (segala puji bagi Allah tiada, yang dipuji walau cobaan menimpa kecuali dia semata). Yang meneladaninya juga hendak memujinya walau ia tidak mengenal Allah dan tidak merasakan nikmat-Nya. Apadahal nikmat yang Allah anugerahkan begitu banyak. Ini akan mengantar dia tidak hanya memuji yang berbuat baik kepadanya, tetapi juga memuji setiap orang yang berbuat baik kepada orang lain, karena pujian hendaknya dipersembahkan kepada siapa saja yang wajar menerimanya. Sungguh tercela bila Anda melakukan sebaliknya, tidak memuji bahkan mencerca yang yang memberikan kepada orang lain tetapi tidak memberikan kepada anda. Disisi lain jangan memuji yang tidak wajar dipuji. Dari keterangan diatas, kiranya Anda telah mengetahui apa yang harus dipenuhi pelaku sehingga pantas untuk mendapatkan pujian. Dan pada saat anda memuji orang lain arahkan dihati Anda bahwa pujian yang Anda berikan ditujukan kepada allah SWT. Karena segala pujian harus kembali kepadanya. Tetapi ingat jangan memuji berlebihan, karena yang demikian dapat menjerumuskan manusia. Selanjutnya jangan sekali-kali mamuji diri anda sendiri. Sesuai dengan ayat al-Qur`an, surah an-Najm ayat 32.

Artinya : (Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu maha luas ampunanNya. Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.
Kalaupun harus menyebut keistimewaan, maka kemukakanlah dalam batas yang wajar, dan dalam rangka pengajaran dan pengengenalan atas siapa dia, dan pujian itu pun dangat terbatas ? bukankah Allah tidak membuka tabir diri-Nya, tidak juga memperkenalkan semua kesempurnaannya? Bukanah tidak satupun mengenalnya dari makhluknya yang mengenalnya dengan pengenlan sempurna? Kemudian jika indi ingin menjadi al-Hamid, yakni “terpuji” bersikap dan berbuatlah yang baik dalam hubungan anda dengan Allah, sesama manusia, lingkungan bahkan dengan diri anda sendiri.
Implementasi atau penerapan sifat al-Hamid pada diri setiap hamba Allah dapat dilakukan dengan mencontoh makhluk yang Allah cintai, yaitu Nabi Muhammad SAW. Karena kita tidak akan mampu mencontoh sifat Allah Yang Maha Terpuji. Nama Muhammad sudah menggambarkan sifat-nya yang terpuji, karena telah kami jelaskan pada tulisan di atas. Rasulullah SAW telah Allah jadikan sebagai suri tauladan yang baik bagi umatnya, sesuai dengan Al-Qur`an surah al-Ahzab ayat 21

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Nabi Muhammad SAW juga memilik akhlaq yang terpuji, sebagaimana firman Allah dalam surah al-Qalam ayat 4

Artinya : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung
Dengan demikian, Allah telah memberikan contoh bagi kita umat manusia untuk bersifat terpuji seperti Nabi Muhammad SAW.
Contoh perbuatan terpuji sebagai seorang mahasiswa adalah datang tepat waktu sebelum jam perkuliahan dimulai, mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen, berpakaian rapi dan sopan di lingkungan universitas, membuang sampah pada tempatnya, dan ikut serta menjaga ketertiban dan keamanan universitas tempat kita kuliah.
sifat rasul

sifat rasul

SIFAT-SIFAT WAJIB RASUL


Yang dimaksud sifat-sifat wajib rasul adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib rasul adalah sebagai berikut.

1. SHIDDIQ

Shiddiq artinya adalah benar, yaitu dalam perkataan, perbuatan dan kehidupan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT :

وَاذْكُرْ فِى الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

“Tuturkanlah di dalam Al-Kitab tentang Nabi Ibrahim, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi pula seorang Nabi.” (Maryam : 41)

Rasul selalu benar dalam berbicara dan selalu benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia, tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kebenaran ucapan dan perbuatan para rasul telah diungkapkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :

قَالُوْا يوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاسكتههذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Mereka berkata : “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul-Nya.” (Yaasiin : 52)

Seluruh para nabi dan rasul tidak akan pernah berkata bohong, tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsunya sendiri, akan tetapi mereka semua berkata benar apa yang telah mereka terima dari Allah SWT. Firman Allah :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلاَّ وحْيٌ يُّوْحَى

Artinya :
“Dan (Nabi Muhammad SAW) tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, namun berdasarkan petunjuk dari Tuhannya. (An-Najm : 3-4 )




2. AMANAH

Amanah artinya adalah dapat dipercaya, jujur, tidak pernah mengingkari janji, selalu melaksanakan setiap apa yang telah dikatakan atau diperintahkan kepadanya.

Allah SWT berfirman :

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوْهُمْ نُوْحٌ أَلاَ تَتَّقُوْنَ . إِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ أَمِيْنٌ

“Ingatlah Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepadamu.” (Asy-Syu’aro : 106-107)

Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang akan menaruh kepercayaan kepadanya. Kebencian umat terdahulu terhadap para rasul bukan karena kepribadian rasul yang tidak baik, melainkan karena ajaran agama yang disiarkan para rasul tidak sesuai dengan agama mereka. Kebencian Kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW pun juga demikian. Meskipun mereka membencinya, tetapi mereka mempercayai kepribadian Rasulullah SAW yang mulia itu sehingga memberinya gelar Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya. Kebencian orang Kafir Quraisy yang paling utama terhadap Rasulullah SAW adalah dakwah Islam yang tidak sesuai dengan agama mereka. Allah SWT berfirman :

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُوْنَكَ وَلكِنَّ الظَّالِمِيْنَ بِأيَاتِ اللهِ يَجْحَدُوْنَ

“Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah engkau bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang-orang zhalim itu megingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An’am : 33)

3. TABLIGH

Tabligh artinya adalah menyampaikan (wahyu). Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan. Nabi Musa AS melaksanakan tugasnya menghadapi Raja Fir’aun. Nabi Ibrahim AS melaksanakan tuganya walaupun berhadapan dengan Raja Namrud. Nabi Isa AS melaksanakan tugasnya walaupun akhirya dikejar-kejar oleh kaum Bani Israil. Allah SWT berfirman :

قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَّنَهَارًا . فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِيْ إِلاَّ فِرَارًا . وَإِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَلَهُمْ جَعَلُوْآ أَصَابِعَهُمْ فِيْ أذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا

dia (Nuh) berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam hari, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru lari (dari kebenaran). Dan sesungguhya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (Nuh : 5-7)

Allah SWT berfirman :

وَمَا عَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ

“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas.” (Yaasin : 17)

Tugas pertama dan yang paling utama para rasul adalah memberikan penjelasan tentang sosok Allah SWT yang sebenarnya. Bagaimanakah keadaan Allah SWT, ayat-ayat atau kebesaran Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, baik sifat wajib, mustahil maupun sifat jaiz bagi Allah SWT dan banyak lagi penjelasan demi penjelasan yang harus disampaikan oleh para rasul dalam menjalankan tugasnya. Dengan mereka mempunyai sifat itulah maka manusia bisa tahu kepada siapakah mereka harus menyembah dan kepada siapakah mereka harus meminta pertolongan.

Disamping itu, para rasul tidak cukup hanya memberikan pemahaman tentang keadaan Allah SWT, tetapi mereka juga harus memberikan penjelasan kepada manusia tentang bagaimana cara mereka menjalankan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebab, manusia tidak akan pernah tahu cara melakukan ibadah kepada Allah SWT sebagaimana yang diinginkan-Nya, mereka juga tidak akan pernah tahu apa saja yang diperintah dan dilarang oleh Allah SWT. Oleh sebab itu rasul mempunyai sifat Tabligh, yaitu dengan menyampaikan penjelasan tentang cara melakukan pengabdian kepada Allah SWT yang biasa disebut dengan istilah syari’ah yang berisi tentang peta dan rambu-rambu kehidupan yang diturunkan oleh Allah SWT untuk umat manusia.

Syari’ah merupakan satu-satunya cara yang diridhoi Allah SWT untuk dijadikan manusia sebagai cara melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT tidak akan menerima pengabdian manusia kepada-Nya dengan cara-cara yang lain, kecuali dengan cara yang telah Rasul sampaikan kepada mereka melalui syari’ah.

Dengan demikian, ketika seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT melakukan perbuatan yang menurut mereka baik, tetapi sebenarnya mereka tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. Dengan adanya Rasul yang menyampaikan syari’ah maka manusia menjadi tahu bagaimana cara melakukan amal ibadah yang baik dan benar kepada Allah SWT.

4. FATHONAH

Fathonah artinya adalah cerdas. Sesungguhnya para nabi dan rasul bukan dari golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuhnya.

Allah SWT berfirman :

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ

“Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (Al-An’am : 83)

Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk berfikir tetntang Tuhan yang pantas ditaati manusia. Pertama kali beliau mengatakan bahwa Tuhan yang pantas disembah adalah bintang-bintang. Setelah bintang-bintang itu tidak tampak lagi, beliau mengatakan matahari lah yang pantas disembah, akan tetapi setelah matahari terbenam, beliau mengtakan bahwa matahari pun tidak pantas untuk disembah. Selanjutnya beliau mengatakan : “Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan condong kepada agama yang benar dan aku tidaklah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.”


SIFAT-SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL

Yang dimaksud sifat mustahil bagi rasul adalah sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul ada empat macam, yaitu Kidzib, Khiyaanah, Kitmaan dan Balaadah yang akan dijelaskan sebagai berikut :

A. KIDZIB

Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.
Allah SWT berfirman :

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى

“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)

B. KHIYAANAH

Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.

Sepanjang sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya. Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah seraya berkata :

أَيُّهَا النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ ! إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ , لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى . أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ

“Hai manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah !
Hai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang tidak hadir.

C. KITMAAN

Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Tugas rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar. Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah. Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam melaksanakan tugas sucinya.

Allah SWT berfirman :

إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ

“Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” (Al-An’am : 50)

D. BALAADAH

Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.

Allah SWT berfirman :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)


SIFAT JAIZ BAGI RASUL

Sifat jaiz adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa. Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia karena mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

مَا هَذَآ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَ يَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

“(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan ia minum seperti apa yang kamu minum.” (Al-Mu’minun : 33)

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ أَنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَ يَمْشُوْنَ فِى الأَسْوَاقِ

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqon : 20)

Wednesday, 30 September 2009

Sifat Para Nabi

Sifat Para Nabi

SIFAT-SIFAT WAJIB RASUL


Yang dimaksud sifat-sifat wajib rasul adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib rasul adalah sebagai berikut.

1. SHIDDIQ

Shiddiq artinya adalah benar, yaitu dalam perkataan, perbuatan dan kehidupan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT :

وَاذْكُرْ فِى الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا

“Tuturkanlah di dalam Al-Kitab tentang Nabi Ibrahim, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi pula seorang Nabi.” (Maryam : 41)

Rasul selalu benar dalam berbicara dan selalu benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia, tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kebenaran ucapan dan perbuatan para rasul telah diungkapkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :

قَالُوْا يوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاسكتههذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ

Mereka berkata : “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul-Nya.” (Yaasiin : 52)

Seluruh para nabi dan rasul tidak akan pernah berkata bohong, tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsunya sendiri, akan tetapi mereka semua berkata benar apa yang telah mereka terima dari Allah SWT. Firman Allah :

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلاَّ وحْيٌ يُّوْحَى

Artinya :
“Dan (Nabi Muhammad SAW) tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, namun berdasarkan petunjuk dari Tuhannya. (An-Najm : 3-4 )




2. AMANAH

Amanah artinya adalah dapat dipercaya, jujur, tidak pernah mengingkari janji, selalu melaksanakan setiap apa yang telah dikatakan atau diperintahkan kepadanya.

Allah SWT berfirman :

إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوْهُمْ نُوْحٌ أَلاَ تَتَّقُوْنَ . إِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ أَمِيْنٌ

“Ingatlah Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepadamu.” (Asy-Syu’aro : 106-107)

Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang akan menaruh kepercayaan kepadanya. Kebencian umat terdahulu terhadap para rasul bukan karena kepribadian rasul yang tidak baik, melainkan karena ajaran agama yang disiarkan para rasul tidak sesuai dengan agama mereka. Kebencian Kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW pun juga demikian. Meskipun mereka membencinya, tetapi mereka mempercayai kepribadian Rasulullah SAW yang mulia itu sehingga memberinya gelar Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya. Kebencian orang Kafir Quraisy yang paling utama terhadap Rasulullah SAW adalah dakwah Islam yang tidak sesuai dengan agama mereka. Allah SWT berfirman :

قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُوْنَكَ وَلكِنَّ الظَّالِمِيْنَ بِأيَاتِ اللهِ يَجْحَدُوْنَ

“Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah engkau bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang-orang zhalim itu megingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An’am : 33)

3. TABLIGH

Tabligh artinya adalah menyampaikan (wahyu). Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan. Nabi Musa AS melaksanakan tugasnya menghadapi Raja Fir’aun. Nabi Ibrahim AS melaksanakan tuganya walaupun berhadapan dengan Raja Namrud. Nabi Isa AS melaksanakan tugasnya walaupun akhirya dikejar-kejar oleh kaum Bani Israil. Allah SWT berfirman :

قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَّنَهَارًا . فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِيْ إِلاَّ فِرَارًا . وَإِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَلَهُمْ جَعَلُوْآ أَصَابِعَهُمْ فِيْ أذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا

dia (Nuh) berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam hari, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru lari (dari kebenaran). Dan sesungguhya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (Nuh : 5-7)

Allah SWT berfirman :

وَمَا عَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ

“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas.” (Yaasin : 17)

Tugas pertama dan yang paling utama para rasul adalah memberikan penjelasan tentang sosok Allah SWT yang sebenarnya. Bagaimanakah keadaan Allah SWT, ayat-ayat atau kebesaran Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, baik sifat wajib, mustahil maupun sifat jaiz bagi Allah SWT dan banyak lagi penjelasan demi penjelasan yang harus disampaikan oleh para rasul dalam menjalankan tugasnya. Dengan mereka mempunyai sifat itulah maka manusia bisa tahu kepada siapakah mereka harus menyembah dan kepada siapakah mereka harus meminta pertolongan.

Disamping itu, para rasul tidak cukup hanya memberikan pemahaman tentang keadaan Allah SWT, tetapi mereka juga harus memberikan penjelasan kepada manusia tentang bagaimana cara mereka menjalankan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebab, manusia tidak akan pernah tahu cara melakukan ibadah kepada Allah SWT sebagaimana yang diinginkan-Nya, mereka juga tidak akan pernah tahu apa saja yang diperintah dan dilarang oleh Allah SWT. Oleh sebab itu rasul mempunyai sifat Tabligh, yaitu dengan menyampaikan penjelasan tentang cara melakukan pengabdian kepada Allah SWT yang biasa disebut dengan istilah syari’ah yang berisi tentang peta dan rambu-rambu kehidupan yang diturunkan oleh Allah SWT untuk umat manusia.

Syari’ah merupakan satu-satunya cara yang diridhoi Allah SWT untuk dijadikan manusia sebagai cara melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT tidak akan menerima pengabdian manusia kepada-Nya dengan cara-cara yang lain, kecuali dengan cara yang telah Rasul sampaikan kepada mereka melalui syari’ah.

Dengan demikian, ketika seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT melakukan perbuatan yang menurut mereka baik, tetapi sebenarnya mereka tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. Dengan adanya Rasul yang menyampaikan syari’ah maka manusia menjadi tahu bagaimana cara melakukan amal ibadah yang baik dan benar kepada Allah SWT.

4. FATHONAH

Fathonah artinya adalah cerdas. Sesungguhnya para nabi dan rasul bukan dari golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuhnya.

Allah SWT berfirman :

وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ

“Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (Al-An’am : 83)

Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk berfikir tetntang Tuhan yang pantas ditaati manusia. Pertama kali beliau mengatakan bahwa Tuhan yang pantas disembah adalah bintang-bintang. Setelah bintang-bintang itu tidak tampak lagi, beliau mengatakan matahari lah yang pantas disembah, akan tetapi setelah matahari terbenam, beliau mengtakan bahwa matahari pun tidak pantas untuk disembah. Selanjutnya beliau mengatakan : “Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan condong kepada agama yang benar dan aku tidaklah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.”


SIFAT-SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL

Yang dimaksud sifat mustahil bagi rasul adalah sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul ada empat macam, yaitu Kidzib, Khiyaanah, Kitmaan dan Balaadah yang akan dijelaskan sebagai berikut :

A. KIDZIB

Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.
Allah SWT berfirman :

مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى

“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ

“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)

B. KHIYAANAH

Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.

Sepanjang sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya. Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah seraya berkata :

أَيُّهَا النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ ! إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ , لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى . أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ

“Hai manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah !
Hai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang tidak hadir.

C. KITMAAN

Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Tugas rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar. Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah. Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam melaksanakan tugas sucinya.

Allah SWT berfirman :

إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ

“Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” (Al-An’am : 50)

D. BALAADAH

Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.

Allah SWT berfirman :

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ

“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)


SIFAT JAIZ BAGI RASUL

Sifat jaiz adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa. Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia karena mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman :

مَا هَذَآ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَ يَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ

“(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan ia minum seperti apa yang kamu minum.” (Al-Mu’minun : 33)

Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ أَنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَ يَمْشُوْنَ فِى الأَسْوَاقِ

“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqon : 20)
Khutbah Idul Fithri 1430 H

Khutbah Idul Fithri 1430 H

Tema : Hakikat `idul Fitri

Isi : Hakikat pakaian baru adalah memperbaharui iman dan meningkatkan ketaqwaan. Dan untuk saling berbagi atas kelebihan rizqi dengan zakat mal dan berlaku adil kepada sesama agar semua orang bisa saling berbagi, dalam hal ini, pemerintah sebagai pengelola Negara harus adil dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rakyatnya agar dapat merasakan hakikat `Idul Fitri, karena pemerintah yang mengelola zakat mal tersebut.

لَيْسَ الْعِيْدَ مَنْ لَبِسَ الجَدِيْدُ, وَلَكِنَّ العِيْدَ مَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ
Artunya :`id itu bukanlah bagi orang yang mempunyai baju baru, tetapi bagi mereka yang keta`atannya bertambah.

Surah al-`araf ayat 26
يَابَنِيْ ءَادَمَ قَدْ أَنزَلنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُّوَرِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيْشًا, وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَالِكَ خَيْر, ذَالِكَ مِنْ ءَايَاتِ اللهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكُرُوْنَ

Artinya : hai anak adam, sesungguhnya kami telah menurunkan pakaian mu untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.

Fungsi pakaian sebenarnya adalah untuk menutup aurat kita. Dan yang bagus / baru boleh dijadikan perhiasan kita terutama pada moment-moment penting seperti Hari Raya Idul Fitri sebagai tanda kemenangan kita karena telah meningkatkan keTaqwaan kita dan kegembiraan setelah berpuasa.

Surah al-isra` ayat 26-27
وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (٢٦)إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (٢٧
Artinya : dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepad orang miskin dan orang yang dala perjalanan ; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemborosan itu adalh suadara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada tuhannya.

Ayat diatas adalah arahan kita kepada siapa kita memberikan zakat kita. Dan dalam pembelanjaan kita sehari-hari atau untuk merayak sesuatu itu janganlah boros / Tabzir. Karena boros / tabzir itu adalah perbuatan setan, dan setan itu sangat ingkar kepada tuhannya. Dengan demikian, bila kita mengikuti setan maka kita juga ingkar kepada Allah

Surah al-hasyr ayat 7
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ (٧
Artinya : apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya ( dari harta benda ) mereka, maka untuk mendapatlan itu kamu tidak mengerahkan satu ekor kuda pun dan tidak mengerahkan satu ekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada rasul-Nya terhadap sipa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Surah at-taubah ayat 103
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ (١٠٣)سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya : ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakt itu kami membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk mereka, sesungguhnya do`a kamu itu menjadi ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengutahui.

Hikmah Zakat dalam ayat ini adalah untuk membersihkan diri. Selain zakat ada juga shadaqah sunnah, untuk saling berbagi Rizqi kepada sesame Umat Muslim. Juga menjadi ketentraman jiwa, jika jiwa kita tentram maka kita akan berhasil menang melawan hawa nafsu dan berhasil mendekati Allah. Hikmah dari berbagi adalah untuk menghilangkan ke fakiran, Karena fakir mendekati kufur.

Surah Yusuf ayat 80
فَلَمَّا اسْتَيْأَسُوا مِنْهُ خَلَصُوا نَجِيًّا قَالَ كَبِيرُهُمْ أَلَمْ تَعْلَمُوا أَنَّ أَبَاكُمْ قَدْ أَخَذَ عَلَيْكُمْ مَوْثِقًا مِنَ اللَّهِ وَمِنْ قَبْلُ مَا فَرَّطْتُمْ فِي يُوسُفَ فَلَنْ أَبْرَحَ الأرْضَ حَتَّى يَأْذَنَ لِي أَبِي أَوْ يَحْكُمَ اللَّهُ لِي وَهُوَ خَيْرُ الْحَاكِمِينَ (٨٠
Artinya : maka tatkala mereka berputus asa dari (putusan) Yusuf. Mereka menyendiri dan berunding sambil berbisik-bisik. Berkata yang tertua diantara mereka “ Tidakkah kamu mengetahui bahwa ayahmu telah mengambil janji dari kamu atas nama Allah dan sebelum itu kamu telah menyia-nyiakan yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggalkan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan aku (untuk kembali) atau Allah member keputusan kepada ku. Dan Dia adalah Hakim sebaik-baiknya.

Surah al-insyirah ayat 7-8
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)
Artinya : maka apabil kamu telah selesai ( dari suatu urusan ), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap.

Dalam roda kehidupan yang dialami manusia, manusia sering sekali berhadapan dengan suatu urusan dgn keterbatasa waktu, oleh karena itu, Allah menganjurkan apabila kita telah selesai atas suatu urusan, maka selesaikanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh. Agar hidup ini bermanfa`at dan tidak sia-sia.

Thursday, 17 September 2009

Do`a do`a

Do`a do`a

Do`a Masuk Kamar Mandi
بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ إِنيِّ اَعُوْذُبِكَ مِنَاخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ


Doa Bercermin
اَللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ
Hikmah Tarawih

Hikmah Tarawih


Diriwayatkan oleh Saiyidina Ali (r.a.) daripada Rasulullah S.A.W., sebagai jawapan dari pertanyaan sahabat-sahabat Nabi S.A.W. tentang fadhilat (kelebihan) sembahyang sunat terawih pada bulan Ramadan:

Malam 1
- keluar dosa-dosa orang mukmin pada malam pertama sepertimana ia baru dilahirkan, mendapat keampunan dari Allah.
Malam 2 - diampunkan dosa-dosa orang mukmin yang sembahyang terawih serta kedua ibu bapanya (sekiranya mereka orang beriman).
Malam 3 - berseru Malaikat di bawah ‘Arash supaya kami meneruskan sembahyang terawih terus menerus semoga Allah mengampunkan dosa engkau.
Malam 4 - memperolehi pahala ia sebagaimana pahala orang-orang yang membaca kitab-kitab Taurat, Zabur, Injil dan AL-Quran.
Malam 5 - Allah kurniakan baginya pahala seumpama orang sembahyang di Masjidilharam, Masjid Madinah dan Masjidil Aqsa.
Malam 6 - Allah kurniakan pahala kepadanya pahala Malaikat-malaikat yang tawaf di Baitul Ma’mur (70 ribu Malaikat sekali tawaf), serta setiap batu-batu dan tanah-tanah mendoakan supaya Allah mengampunkan dosa-dosa orang yang mengerjakan sembahyang terawih pada malam ini.
Malam 7 - Seolah-olah ia dapat bertemu dengan Nabi Musa serta menolong Nabi ‘Alaihissalam menentang musuh ketatnya Fir’aun dan Hamman.
Malam 8 - Allah mengurniakan pahala orang sembahyang terawih sepertimana yang telah dikurniakan kepada Nabi Allah Ibrahim ‘Alaihissalam.
Malam 9 - Allah kurniakan pahala dan dinaikkan mutu ibadat hambanya seperti Nabi Muhammad S.A.W.
Malam 10 - Allah swt mengurniakan kepadanya kebaikan di dunia dan di akhirat.
Malam 11 - Keluar ia daripada dunia (mati) bersih daripada dosa seperti ia baru dilahirkan.
Malam 12 - Datang ia pada hari Qiamat dengan muka yang bercahaya (cahaya ibadatnya).
Malam 13 - Datang ia pada hari Qiamat dalam aman sentosa daripada tiap-tiap kejahatan dan keburukan.
Malam 14 - Datang Malaikat menyaksikan ia bersembahyang terawih, serta Allah tiada menyesatkannya pada hari Qiamat.
Malam 15 - Semua Malaikat yang menanggung ‘Arasy, Kursi, berselawat dan mendoakannya supaya Allah mengampunkannya.
Malam 16 - Allah swt tuliskan baginya terlepas daripada neraka dan dimasukkan ke dalam Syurga.
Malam 17 - Allah kurniakan orang yang bertarawih pahalanya pada malam ini sebanyak pahala Nabi-Nabi.
Malam 18 - Seru Malaikat: Hai Hamba Allah sesungguhnya Allah telah redha kepada engkau dan ibu bapa engkau (yang masih hidup atau mati).
Malam 19 - Allah swt tinggikan darjatnya di dalam Syurga Firdaus.
Malam 20 - Allah kurniakan kepadanya pahala sekelian orang yang mati syahid dan orang-orang solihin.
Malam 21 - Allah binakan sebuah istana dalam Syurga daripada Nur.
Malam 22 - Datang ia pada hari Qiamat aman daripada tiap-tiap dukacita dan kerisauan (tidaklah dalam keadaan huru hara di Padang Mahsyar).
Malam 23 - Allah swt binakan kepadanya sebuah bandar di dalam Syurga daripada Nur.
Malam 24 - Allah bukakan peluang 24 doa yang mustajab bagi orang berterawih malam ini, (elok sekali berdoa ketika dalam sujud).
Malam 25 - Allah Taala angkatkan daripadanya siksa kubur.
Malam 26 - Allah kurniakan kepada orang bertarawih pahala pada malam ini seumpama 40 tahun ibadat.
Malam 27 - Allah kurniakan kepada orang bertarawih pahala pada malam ini ketangkasan melintas atas titian Siratulmustaqim seperti kilat menyambar.
Malam 28 - Allah swt kurniakan kepadanya 1000 darjat di akhirat.
Malam 29 - Allah swt kurniakan kepadanya pahala 1000 kali haji yang mabrur.
Malam 30 - Allah swt beri penghormatan kepada orang berterawih pada malam terakhir ini yang teristimewa sekali, lalu berfirman:
“Hai hambaKu: makanlah segala jenis buah-buahan yang engkau ingini hendak makan di dalam syurga, dan mandilah engkau daripada air syurga yang bernama Salsabila, serta minumlah air daripada telaga yang dikurniakan kepada Nabi Muhammad S.A.W. yang bernama ‘Al-Kauthar’”.