Sifat Para Nabi
hikmah-hikmahSIFAT-SIFAT WAJIB RASUL
Yang dimaksud sifat-sifat wajib rasul adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib rasul adalah sebagai berikut.
1. SHIDDIQ
Shiddiq artinya adalah benar, yaitu dalam perkataan, perbuatan dan kehidupan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT :
وَاذْكُرْ فِى الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا
“Tuturkanlah di dalam Al-Kitab tentang Nabi Ibrahim, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi pula seorang Nabi.” (Maryam : 41)
Rasul selalu benar dalam berbicara dan selalu benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia, tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kebenaran ucapan dan perbuatan para rasul telah diungkapkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :
قَالُوْا يوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاسكتههذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Mereka berkata : “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul-Nya.” (Yaasiin : 52)
Seluruh para nabi dan rasul tidak akan pernah berkata bohong, tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsunya sendiri, akan tetapi mereka semua berkata benar apa yang telah mereka terima dari Allah SWT. Firman Allah :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلاَّ وحْيٌ يُّوْحَى
Artinya :
“Dan (Nabi Muhammad SAW) tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, namun berdasarkan petunjuk dari Tuhannya. (An-Najm : 3-4 )
2. AMANAH
Amanah artinya adalah dapat dipercaya, jujur, tidak pernah mengingkari janji, selalu melaksanakan setiap apa yang telah dikatakan atau diperintahkan kepadanya.
Allah SWT berfirman :
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوْهُمْ نُوْحٌ أَلاَ تَتَّقُوْنَ . إِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ أَمِيْنٌ
“Ingatlah Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepadamu.” (Asy-Syu’aro : 106-107)
Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang akan menaruh kepercayaan kepadanya. Kebencian umat terdahulu terhadap para rasul bukan karena kepribadian rasul yang tidak baik, melainkan karena ajaran agama yang disiarkan para rasul tidak sesuai dengan agama mereka. Kebencian Kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW pun juga demikian. Meskipun mereka membencinya, tetapi mereka mempercayai kepribadian Rasulullah SAW yang mulia itu sehingga memberinya gelar Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya. Kebencian orang Kafir Quraisy yang paling utama terhadap Rasulullah SAW adalah dakwah Islam yang tidak sesuai dengan agama mereka. Allah SWT berfirman :
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُوْنَكَ وَلكِنَّ الظَّالِمِيْنَ بِأيَاتِ اللهِ يَجْحَدُوْنَ
“Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah engkau bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang-orang zhalim itu megingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An’am : 33)
3. TABLIGH
Tabligh artinya adalah menyampaikan (wahyu). Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan. Nabi Musa AS melaksanakan tugasnya menghadapi Raja Fir’aun. Nabi Ibrahim AS melaksanakan tuganya walaupun berhadapan dengan Raja Namrud. Nabi Isa AS melaksanakan tugasnya walaupun akhirya dikejar-kejar oleh kaum Bani Israil. Allah SWT berfirman :
قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَّنَهَارًا . فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِيْ إِلاَّ فِرَارًا . وَإِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَلَهُمْ جَعَلُوْآ أَصَابِعَهُمْ فِيْ أذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا
dia (Nuh) berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam hari, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru lari (dari kebenaran). Dan sesungguhya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (Nuh : 5-7)
Allah SWT berfirman :
وَمَا عَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ
“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas.” (Yaasin : 17)
Tugas pertama dan yang paling utama para rasul adalah memberikan penjelasan tentang sosok Allah SWT yang sebenarnya. Bagaimanakah keadaan Allah SWT, ayat-ayat atau kebesaran Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, baik sifat wajib, mustahil maupun sifat jaiz bagi Allah SWT dan banyak lagi penjelasan demi penjelasan yang harus disampaikan oleh para rasul dalam menjalankan tugasnya. Dengan mereka mempunyai sifat itulah maka manusia bisa tahu kepada siapakah mereka harus menyembah dan kepada siapakah mereka harus meminta pertolongan.
Disamping itu, para rasul tidak cukup hanya memberikan pemahaman tentang keadaan Allah SWT, tetapi mereka juga harus memberikan penjelasan kepada manusia tentang bagaimana cara mereka menjalankan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebab, manusia tidak akan pernah tahu cara melakukan ibadah kepada Allah SWT sebagaimana yang diinginkan-Nya, mereka juga tidak akan pernah tahu apa saja yang diperintah dan dilarang oleh Allah SWT. Oleh sebab itu rasul mempunyai sifat Tabligh, yaitu dengan menyampaikan penjelasan tentang cara melakukan pengabdian kepada Allah SWT yang biasa disebut dengan istilah syari’ah yang berisi tentang peta dan rambu-rambu kehidupan yang diturunkan oleh Allah SWT untuk umat manusia.
Syari’ah merupakan satu-satunya cara yang diridhoi Allah SWT untuk dijadikan manusia sebagai cara melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT tidak akan menerima pengabdian manusia kepada-Nya dengan cara-cara yang lain, kecuali dengan cara yang telah Rasul sampaikan kepada mereka melalui syari’ah.
Dengan demikian, ketika seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT melakukan perbuatan yang menurut mereka baik, tetapi sebenarnya mereka tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. Dengan adanya Rasul yang menyampaikan syari’ah maka manusia menjadi tahu bagaimana cara melakukan amal ibadah yang baik dan benar kepada Allah SWT.
4. FATHONAH
Fathonah artinya adalah cerdas. Sesungguhnya para nabi dan rasul bukan dari golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Allah SWT berfirman :
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ
“Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (Al-An’am : 83)
Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk berfikir tetntang Tuhan yang pantas ditaati manusia. Pertama kali beliau mengatakan bahwa Tuhan yang pantas disembah adalah bintang-bintang. Setelah bintang-bintang itu tidak tampak lagi, beliau mengatakan matahari lah yang pantas disembah, akan tetapi setelah matahari terbenam, beliau mengtakan bahwa matahari pun tidak pantas untuk disembah. Selanjutnya beliau mengatakan : “Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan condong kepada agama yang benar dan aku tidaklah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.”
SIFAT-SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL
Yang dimaksud sifat mustahil bagi rasul adalah sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul ada empat macam, yaitu Kidzib, Khiyaanah, Kitmaan dan Balaadah yang akan dijelaskan sebagai berikut :
A. KIDZIB
Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.
Allah SWT berfirman :
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)
Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ
“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)
B. KHIYAANAH
Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.
Sepanjang sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya. Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah seraya berkata :
أَيُّهَا النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ ! إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ , لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى . أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ
“Hai manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah !
Hai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang tidak hadir.
C. KITMAAN
Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Tugas rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar. Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah. Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam melaksanakan tugas sucinya.
Allah SWT berfirman :
إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ
“Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” (Al-An’am : 50)
D. BALAADAH
Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.
Allah SWT berfirman :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)
SIFAT JAIZ BAGI RASUL
Sifat jaiz adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa. Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia karena mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
مَا هَذَآ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَ يَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ
“(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan ia minum seperti apa yang kamu minum.” (Al-Mu’minun : 33)
Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ أَنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَ يَمْشُوْنَ فِى الأَسْوَاقِ
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqon : 20)
Yang dimaksud sifat-sifat wajib rasul adalah sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh para rasul. Adapun sifat wajib rasul adalah sebagai berikut.
1. SHIDDIQ
Shiddiq artinya adalah benar, yaitu dalam perkataan, perbuatan dan kehidupan. Hal ini telah dijelaskan dalam firman Allah SWT :
وَاذْكُرْ فِى الْكِتَابِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيْقًا نَّبِيًّا
“Tuturkanlah di dalam Al-Kitab tentang Nabi Ibrahim, sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi pula seorang Nabi.” (Maryam : 41)
Rasul selalu benar dalam berbicara dan selalu benar pula dalam perbuatannya. Sepanjang sejarah manusia, tak seorang rasul pun yang berdusta, baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain. Kebenaran ucapan dan perbuatan para rasul telah diungkapkan dalam firman Allah SWT sebagai berikut :
قَالُوْا يوَيْلَنَا مَنْ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاسكتههذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمنُ وَصَدَقَ الْمُرْسَلُوْنَ
Mereka berkata : “Celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Allah) Yang Maha Pengasih dan benarlah para rasul-Nya.” (Yaasiin : 52)
Seluruh para nabi dan rasul tidak akan pernah berkata bohong, tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsunya sendiri, akan tetapi mereka semua berkata benar apa yang telah mereka terima dari Allah SWT. Firman Allah :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى . إِنْ هُوَ إِلاَّ وحْيٌ يُّوْحَى
Artinya :
“Dan (Nabi Muhammad SAW) tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya, namun berdasarkan petunjuk dari Tuhannya. (An-Najm : 3-4 )
2. AMANAH
Amanah artinya adalah dapat dipercaya, jujur, tidak pernah mengingkari janji, selalu melaksanakan setiap apa yang telah dikatakan atau diperintahkan kepadanya.
Allah SWT berfirman :
إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوْهُمْ نُوْحٌ أَلاَ تَتَّقُوْنَ . إِنِّيْ لَكُمْ رَسُوْلٌ أَمِيْنٌ
“Ingatlah Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan yang diutus kepadamu.” (Asy-Syu’aro : 106-107)
Karena kejujuran yang dimiliki para rasul, orang akan menaruh kepercayaan kepadanya. Kebencian umat terdahulu terhadap para rasul bukan karena kepribadian rasul yang tidak baik, melainkan karena ajaran agama yang disiarkan para rasul tidak sesuai dengan agama mereka. Kebencian Kafir Quraisy terhadap Rasulullah SAW pun juga demikian. Meskipun mereka membencinya, tetapi mereka mempercayai kepribadian Rasulullah SAW yang mulia itu sehingga memberinya gelar Al-Amin, yaitu orang yang dapat dipercaya. Kebencian orang Kafir Quraisy yang paling utama terhadap Rasulullah SAW adalah dakwah Islam yang tidak sesuai dengan agama mereka. Allah SWT berfirman :
قَدْ نَعْلَمُ إِنَّهُ لَيَحْزُنُكَ الَّذِيْ يَقُوْلُوْنَ فَإِنَّهُمْ لاَ يُكَذِّبُوْنَكَ وَلكِنَّ الظَّالِمِيْنَ بِأيَاتِ اللهِ يَجْحَدُوْنَ
“Sungguh Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu (Muhammad), (janganlah engkau bersedih hati) karena sebenarnya mereka bukan mendustakan engkau, tetapi orang-orang zhalim itu megingkari ayat-ayat Allah.” (Al-An’am : 33)
3. TABLIGH
Tabligh artinya adalah menyampaikan (wahyu). Setiap rasul melaksanakan tugasnya secara baik walaupun kaumnya menentang secara terang-terangan. Nabi Musa AS melaksanakan tugasnya menghadapi Raja Fir’aun. Nabi Ibrahim AS melaksanakan tuganya walaupun berhadapan dengan Raja Namrud. Nabi Isa AS melaksanakan tugasnya walaupun akhirya dikejar-kejar oleh kaum Bani Israil. Allah SWT berfirman :
قَالَ رَبِّ إِنِّيْ دَعَوْتُ قَوْمِيْ لَيْلاً وَّنَهَارًا . فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِيْ إِلاَّ فِرَارًا . وَإِنِّيْ كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَلَهُمْ جَعَلُوْآ أَصَابِعَهُمْ فِيْ أذَانِهِمْ وَاسْتَغْشَوْا ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوْا وَاسْتَكْبَرُوا اسْتِكْبَارًا
dia (Nuh) berkata : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam hari, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru lari (dari kebenaran). Dan sesungguhya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri.” (Nuh : 5-7)
Allah SWT berfirman :
وَمَا عَلَيْنَآ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِيْنُ
“Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan perintah Allah dengan jelas.” (Yaasin : 17)
Tugas pertama dan yang paling utama para rasul adalah memberikan penjelasan tentang sosok Allah SWT yang sebenarnya. Bagaimanakah keadaan Allah SWT, ayat-ayat atau kebesaran Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, baik sifat wajib, mustahil maupun sifat jaiz bagi Allah SWT dan banyak lagi penjelasan demi penjelasan yang harus disampaikan oleh para rasul dalam menjalankan tugasnya. Dengan mereka mempunyai sifat itulah maka manusia bisa tahu kepada siapakah mereka harus menyembah dan kepada siapakah mereka harus meminta pertolongan.
Disamping itu, para rasul tidak cukup hanya memberikan pemahaman tentang keadaan Allah SWT, tetapi mereka juga harus memberikan penjelasan kepada manusia tentang bagaimana cara mereka menjalankan pengabdiannya kepada Allah SWT. Sebab, manusia tidak akan pernah tahu cara melakukan ibadah kepada Allah SWT sebagaimana yang diinginkan-Nya, mereka juga tidak akan pernah tahu apa saja yang diperintah dan dilarang oleh Allah SWT. Oleh sebab itu rasul mempunyai sifat Tabligh, yaitu dengan menyampaikan penjelasan tentang cara melakukan pengabdian kepada Allah SWT yang biasa disebut dengan istilah syari’ah yang berisi tentang peta dan rambu-rambu kehidupan yang diturunkan oleh Allah SWT untuk umat manusia.
Syari’ah merupakan satu-satunya cara yang diridhoi Allah SWT untuk dijadikan manusia sebagai cara melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT. Dengan demikian, Allah SWT tidak akan menerima pengabdian manusia kepada-Nya dengan cara-cara yang lain, kecuali dengan cara yang telah Rasul sampaikan kepada mereka melalui syari’ah.
Dengan demikian, ketika seseorang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah SWT melakukan perbuatan yang menurut mereka baik, tetapi sebenarnya mereka tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. Dengan adanya Rasul yang menyampaikan syari’ah maka manusia menjadi tahu bagaimana cara melakukan amal ibadah yang baik dan benar kepada Allah SWT.
4. FATHONAH
Fathonah artinya adalah cerdas. Sesungguhnya para nabi dan rasul bukan dari golongan kaum terpelajar, tetapi mereka memiliki kecerdasan yang tinggi dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Allah SWT berfirman :
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَآ إِبْرَاهِيْمَ عَلَى قَوْمِهِ
“Dan itulah hujjah yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya.” (Al-An’am : 83)
Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk berfikir tetntang Tuhan yang pantas ditaati manusia. Pertama kali beliau mengatakan bahwa Tuhan yang pantas disembah adalah bintang-bintang. Setelah bintang-bintang itu tidak tampak lagi, beliau mengatakan matahari lah yang pantas disembah, akan tetapi setelah matahari terbenam, beliau mengtakan bahwa matahari pun tidak pantas untuk disembah. Selanjutnya beliau mengatakan : “Hai kaumku, sesungguhnya aku terlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi dengan condong kepada agama yang benar dan aku tidaklah termasuk orang-orang yang menyekutukan-Nya.”
SIFAT-SIFAT MUSTAHIL BAGI RASUL
Yang dimaksud sifat mustahil bagi rasul adalah sifat-sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh para rasul. Sifat-sifat mustahil bagi rasul ada empat macam, yaitu Kidzib, Khiyaanah, Kitmaan dan Balaadah yang akan dijelaskan sebagai berikut :
A. KIDZIB
Kidzib artinya adalah dusta. Semua Rasul adalah manusia-manusia yang dipilih oleh Allah SWT sebagai utusan-Nya. Mereka selalu memperoleh bimbingan dari Allah SWT sehngga terhindar dari sifat-sifat tercela. Setiap rasul benar ucapannya dan benar pula perbuatannya. Sifat dusta hanya dimiliki oleh manusia yang ingin mementingkan dirinya sendiri, sedangkan rasul mementingkan umatnya.
Allah SWT berfirman :
مَا كَذَبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَى
“Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya.” (An-Najm : 11)
Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
وَلَوْ تَقَوَّلَ عَلَيْنَا بَعْضَ الْأَقَاوِيْلِ . لاَخَذْنَا مِنْهُ بِالْيَمِيْنِ . ثُمَّ لَقَطَعْنَا مِنْهُ الْوَتِيْنَ
“Dan sekiranya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atau (nama) Kami, pasti Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian Kami potong pembuluh jantungnya.” (Al-Haqqah : 44-46)
B. KHIYAANAH
Khiyaanah artinya adalah berkhianat atau curang. Tidak mungkin seorang rasul berkhianat atau ingkar janji terhadap tugas-tugas yang diberikan Allah SWT kepadanya. Orang yang khianat terhadap kepercayaan yang telah diberikan kepadanya adalah termasuk orang yang munafik, rasul tidak mungkin menjadi seorang yang munafik.
Sepanjang sejarah belum pernah ada seorang rasul yang khianat kepada umatnya. Demikian pula terdahap amanat yang telah diterima dari Allah SWT. Ketika Rasulullah SAW menunaikan Haji Wada’, beliau berpidato di Padang Arafah seraya berkata :
أَيُّهَا النَّاسُ ! فَلاَ تَرْجِعُنَّ بَعْدِيْ كُفَّارًا يَضْرِبُ بَعْضُكُمْ رِقَابَ بَعْضٍ أَلاَ لِيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ . فَلَعَلَّ بَعْضَ مَنْ يُبَلِّغُهُ أَنْ يَكُوْنَ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ . أَلاَ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! أَيُّهَا النَّاسُ ! إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ , وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ , كُلُّكُمْ مِنْ آدَمِ وَآدَمَ مِنْ تُرَابٍ , إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللهِ أَتْقَاكُمْ , لَيْسَ لِعَرَبِيٍّ فَضْلٌ عَلىَ عَجَمِيٍٍّ إِلاَّ بِالتَّقْوَى . أَلاَ هَلْ بَلَّغْتُ ؟ اَللَّهُمَّ اشْهَدْ ! فَلْيُبَلِّغِ الشَّاهِدُ مِنْكُمُ الْغَائِبَ
“Hai manusia, janganlah engkau kembali menjadi kafir sesudahku sehingga yang satu golongan memerangi golongan yang lain. Ingatlah ! Yang hadir hendaklah menyampaikan kepada yang tidak hadir. Barangkali orang yang menerima pesan lebih pandai memelihara (pesan) daripada orang yang mendengarkannya secara langsung. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah !
Hai manusia, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu dan bahwasanya orang tuamu satu. Kamu semua dari Adam, sedangkan Adam itu dari tanah. Bahwasanya yang semulia-mulia orang di sisi Allah ialah yang paling taqwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang bukan Arab melainkan dengan taqwa kepada-Nya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah ! Yang hadir hendaknya menyampaikan (pesan ini) kepada yang tidak hadir.
C. KITMAAN
Kitmaan artinya adalah menyembunyikan. Semua ajaran yang disampaikan oleh para rasul kepada umatnya tidak ada yang pernah disembunyikan. Jangankan yang mudah dikerjakan dan difahami dengan akal fikiran, yang sulit pun akan disampaikan olehnya seperti peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW.
Tugas rasul di dunia ini adalah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia sebagai pedoman hidup. Semua rasul bersifat tabligh atau menyampaikan wahyu dan mustahil bersifat kimaan atau menyembunyikan wahyu yang diamanatkan kepada dirinya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab, para rasul melaksanakan tugas-tugasnya walaupun harus menanggung segala resiko yang akan terjadi. Contohnya, Nabi Ibrahim AS mendapat resiko dari Raja Namrud dan rakyatnya sehingga beliau dibakar. Nabi Musa AS bersama kaumnya (Bani Israil) bersusah payah menyelamatkan diri dari kejaran tentara Raja Fir’aun sehingga nyaris tertangkap olehnya. Nabi Muhammad SAW berlumuran darah saat dilempari batu oleh penduduk Thaif dan nyaris terbunuh saat akan hijrah ke Madinah. Kesemuanya itu merupakan resiko yang harus dihadapi para rasul dalam melaksanakan tugas sucinya.
Allah SWT berfirman :
إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَا يُوْحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْأَعْمَى وَالْبَصِيْرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُوْنَ
“Aku tidak mengikuti kecuali yang diwahyukan kepadaku, katakanlah apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat? Maka apakah kamu tidak memikirkannya.” (Al-An’am : 50)
D. BALAADAH
Balaadah artinya adalah bodoh. Seorang rasul mempunyai tugas yang berat. Rasul tidak mungkin seorang yang bodoh. Jika rasul bodoh, maka ia tidak akan dapat mengemban amanat dari Allah SWT. Jadi, mustahil rasul memiliki sifat bodoh.
Allah SWT berfirman :
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَ أَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِيْنَ
“Jadilah engkau pemaaf dan serulah orang yang mengerjakan ma’ruf serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (Al-A’rof : 199)
SIFAT JAIZ BAGI RASUL
Sifat jaiz adalah semua sifat kemanusiaan yang ada pada diri rasul sebagai seorang manusia dan tidak mengurangi kedudukannya sebagai utusan Allah SWT. Sifat jaiz tersebut ada pada diri rasul dan juga ada pada diri manusia biasa. Sifat tersebut antara lain adalah seperti rasa lapar, haus, sakit, tidur, sedih, senang, berkeluarga dan lain sebagainya. Bahkan seorang rasul tetap meninggal dunia karena mereka adalah seorang manusia yang diciptakan oleh Allah SWT.
Allah SWT berfirman :
مَا هَذَآ إِلاَّ بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يَأْكُلُ مِمَّا تَأْكُلُوْنَ مِنْهُ وَ يَشْرَبُ مِمَّا تَشْرَبُوْنَ
“(orang) ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia makan seperti apa yang kamu makan dan ia minum seperti apa yang kamu minum.” (Al-Mu’minun : 33)
Di ayat yang lain Allah SWT berfirman :
وَمَآ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنَ الْمُرْسَلِيْنَ إِلاَّ أَنَّهُمْ لَيَأْكُلُوْنَ الطَّعَامَ وَ يَمْشُوْنَ فِى الأَسْوَاقِ
“Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelum kamu melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqon : 20)